BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hutan mangrove merupakan suatu
ekosistem hutan yang memiliki ciri yang khas dan unik karena merupakan tegakan
yang terdapat di daerah pertemuan antara pasang surut air laut atau merupakan
pertemuan tumbuhan yang hidup pada tegakan antara perairan tawar dan perairan
laut. Hutan mangrove juga merupakan hutan yang karakteristik fisiknya
dipengaruhi oleh pasang surut air laut, dan berfungsi sebagai tempat pemijahan
ikan, penahan lumpur dan pencegah terjadinya intrusi serta abrasi pantai.
Indonesia
memiliki mangrove yang terluas di dunia. Total luasan hutan mangrove di dunia
adalah 15,9 juta hektar dan 4,25 juta hektar atau 27 persen-nya berada di
Indonesia (Dephut, 1982). Luas hutan mangrove di Indonesia adalah 3.737.000
hektar (Departemen Kehutanan, 1992).
Hutan
mangrove sangat menunjang perekonomian masyarakat pantai, karena merupakan
sumber mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara
ekologis hutan mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan
tempat pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove
dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan atau
penyangga perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai ancaman
sedimentasi, abrasi, pencegahan intrusi air laut, serta sebagai sumber pakan
habitat biota laut.
Tetapi
pada kenyataannya untuk sekarang ini kondisi hutan mangrove pada umumnya
memiliki tekanan berat, sebagai akibat dari tekanan krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Selain dialih fungsikan, kawasan mangrove di beberapa daerah,
termasuk DKI Jakarta, dan Tahura di Nguraih Rai Bali, digunakan untuk
kepentingan tambak, kini marak terjadi. Akibat yang ditimbulkan adalah
terganggunya peranan fungsi kawasan mangrove sebagai habitat biota laut,
perlindungan wilayah pesisir, dan terputusnya mata rantai makanan bagi biota
kehidupan seperti burung, reptil dan berbagai kehidupan lainnya.
Karena banyaknya dibangun
tempat-tempat sebagai pusat aktivitas manusia seperti pengembangan pemukiman,
pembangunan pusat rekreasi, dan pemanfaatan lahan pasang surut untuk
kepentingan bududaya pertambakan. Berdasarkan uraian fenomena tersebut maka
dapat dikatakan bahwa kawasan mangrove sebagai jalur penyangga wilayah pantai ,
peran dan fungsi ekosistemnya terganggu dan memberikan kecenderungan semakin
terancamnya sumberdaya alam hayati baik kehidupan flora maupun fauna. Tatanan
sosial masyarakat terdekat dengan kawasan jalur penyangga baik di darat maupun
perairan tingkat ekonominya sangat rendah dibanding dengan tingkat sosial di
DKI Jakarta pada umumny.
Oleh
karena itu, perlu pembinaan dalam bentuk Restorasi ekologi Hutan Mangrove
di Propinsi DKI Jakarta khususnya diikuti dengan peningkatan tatanan sosial
ekonomi masyarakat di sekitarnya. Hal ini dimaksudkan agar pengendalian atas
kecenderungan semakin terdegradasinya kawasan mangrove sebagai jalur penyangga
wilayah pantai, termasuk upaya-upaya peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar
dapat dilakukan secara terprogram, terpadu dan berkelanjutan berkelanjutan.
B.
Tinjauan
Umum
Ekosistem
mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan, mempunyai peranan fungsi
multi guna baik secara biologis, ekologis maupun ekonomis. Peranan fungsi fisik
mangrove mampu mengendalikan abrasi dan penyusupan air laut (intrusi) ke
wilayah daratan, serta mampu menahan sampah yang bersumber dari daratan, yang
dikendalikan melalui sistem perakarannya. Peranan biologis mangrove adalah
sebagai sempadan pantai, sebagai penahan gelombang, memperlambat arus pasang
surut, menahan serta menjebak besaran laju sedimentasi dari wilayah atasnya.
Selain
itu komunitas mangrove juga merupakan sumber unsur hara bagi kehidupan hayati
(biota perairan) laut, serta sumber pakan bagi kehidupan biota darat seperti
burung, mamalia dan jenis reptil. Sedangkan peran mangrove lainnya adalah mampu
menghasilkan jumlah oksigen lebih besar dibanding dengan tetumbuhan darat.
Peranan
fungsi ekologis kawasan mangrove yang merupakan tempat pemijahan, asuhan dan
mencari makan bagi kehidupan berbagai jenis biota perairan laut, di sisi lain
kawasan mangrove juga merupakan wahana sangtuari berbagai jenis satwa liar,
seperti unggas (burung), reptil dan mamalia terbang, serta merupakan sumber
pelestarian plasma nutfah.
BAB II. PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN
MANGROVE
Di
dalam era pembangunan yang semakin pesat dengan mengembangkan ekonomi nasional,
menempatkan wilayah pesisir dan pantai pada posisi yang penting. Pusat-pusat
industri, pusat pembangkit tenaga listrik, Lokasi Rekreasi, Pemukiman dan
sarana perhubungan lainnya banyak dibangun diwilayah pesisir. Pendayagunaan
wilayah pesisir semakin meningkat. Disatu sisi dengan adanya pendayagunaan
daerah pesisir tersebut dapat meningkatkan taraf hidup rakyat, tetapi dilain
sisi menimbulkan dampak negative bila pelaksanaannya tidak dilakukan secara
terkoordinasi.
Kecenderungan semakin meningkatnya
pemanfaatan hutan mangrove dibeberapa daerah telah menimbulkan akibat berupa
terganggunya ekosistem hutan mangrove sehingga tidak mampu berperan
sesuai dengan bagaimana fungsi hutan tersebut. Dampak dari tidak berfungsinya
hutan secara baik adalah semakin tidak seimbangnya ekosistem alam kita.
Faktor yang
memengaruhi kerusakan hutan mangrove.
Faktor-faktor yang memengaruhi kerusakan hutan mangrove antara lain :
·
Perkembangan penduduk
dan implikasinya pada pembangunan di wilayah pesisir memberikan dampak berupa
gangguan terhadap kelestarian hutan mangrove. Faktor pertambahan penduduk
menyebabkan bentuk pemanfaatan lahan untuk usaha-usaha lain seperti pertanian,
perkebunan, pertambakan, pemukiman dan lain-lain.
Hutan mangrove sebagai salah satunya yang digunakan
untuk kepentingan manusia dalam proyek pembangunan yang sedang mereka
kerjakan.
·
Perkembangan
tambak super intensif di kawasan pantai menyebabkan tambak tradisional yang
semula ditanami mangrove pada tanggulnya dibongkar. Adanya reklamasi pantai
untuk dijadikan tambak intensif mengurangi areal lahan yang berhutan mangrove.
Pembuatan tambak tradisional yang semakin
jarang digunakan menjadikan areal lahan hutan mangrove harus
dijadikan reklamasi pantai.
·
Pembangunan
pusat industry, pembangunan pusat pembangkit tenaga listrik, pembangunan tempat
rekreasi, pemukiman, sarana perhubungan dan pengembangan perikanan yang
dibangun diwilayah pantai dalam perkembangannya nanti akan mendesak keberadaan
hutan mangrove.
·
Percepatan laju
pemanfaatan hutan mangrove yang terkait dengan pada berbagai sector. Mendorong
mulai dilakukannya pengelolaan lahan mangrove secara sektoral. Akan tetapi
dilain pihak penataan hutan mangrove belum dilakukan secara menyeluruh.
Sehingga berakibat dalam pemanfaatan lahan mangrove sering terjadi benturan
kepentingan yang dapat mengancam kelestarian hutan mangrove.
·
Adanya
masyarakat tradisional yang memanfaatkan kekayaan mangrove sebagai salah satu
cara merusak fungsi hutan. Masyarakat tradisional cenderung menggantungkan
hidupnya pada fungsi hutan. Semakin intensifnya usaha pemanfaatan hutan
mangrove oleh masyarakat secara tradisional misalnya, mereka melakukan
penebangan pohon pada hutan untuk mendapatkan kayu bakar yang digunakan untuk
kepentingan harian mereka. Biasanya masyrakat tradisional memanfaatkan kayu
bakar yang mereka dapat dari memotong pohon di hutan dijadikan sebagai arang.
Hal demikian lah yang merupakan salah satu
dari rusaknya ekosistem fungsi hutan sebagaimana mestinya.
Selain faktor-faktor
diatas, masih ada faktor lain yang mendorong terjadinya kerusakan pada
ekosistem hutan mangrove. Yakni, faktor sosial-budaya dan sosial-ekonomi.
Faktor tersebut memengaruhi kelestarian hutan mangrove, antara lain :
·
Faktor
sosial-budaya
Tradisi masyarakat yang merupakan warisan
nenek moyang para pemukim di daerah kawasan mangrove ternyata dapat merusak
keseimbangan ekosistem mangrove. Misalnya saja adanya tradisi menambatkan
perahu yang dengan sengaja dilakukan oleh masyarakat khususnya para nelayan
memunyai pengaruh merusak tanaman bakau muda.
Tradisi beternak hewan herbivora yang
memakan daun muda disekitar mangrove, juga dapat merusak pertahanan mangrove.
·
Faktor
Sosial-ekonomi
Penebangan hutan mangrove untuk
mendapatkan kayu bakar. Dan kesadaran masyarakat akan kelestarian
lingkungan yang kurang, mereka beranggapan bahwa hutan adalah milik
bersama. Sehingga apapun yang dimiliki oleh hutan dapat dimanfaatkan oleh
masing-masing kelompok individu. Padahal apa yang mereka lakukan justru
menjadikan kelestarian mangrove semakin punah.
BAB III. PERAN HUTAN
MANGROVE
Peranan, Manfaat dan Fungsi Hutan
Magrove dalam kehidupan masyarakat yang hidup di daerah pesisir sangat banyak sekali.
Baik itu langsung dirasakan oleh penduduk sekitar maupun peranan, manfaat dan
fungsi yang tidak langsung dari hutan mangrove itu sendiri. Tumbuhan
yang hidup di hutan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari
ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai
sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor).
Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang
miskin oksigen atau bahkan anaerob. Mangrove tersebar di seluruh lautan
tropik dan subtropik, tumbuh hanya pada pantai yang terlindung dari gerakan
gelombang; bila keadaan pantai sebaliknya, benih tidak mampu tumbuh dengan
sempurna dan menancapkan akarnya.
Menurut
kamus Webster, habitat didefinisikan sebagai "the natural abode of a
plant or animal, esp. the particular location where it normally grows or lives,
as the seacoast, desert, etc". terjemahan bebasnya kira-kira adalah,
tempat bermukim di alam bagi tumbuhan dan hewan terutama untuk bisa hidup dan
tumbuh secara biasa dan normal, seperti pantai laut, padang pasir dan
sebagainya. Salah satu tempat tinggal komunitas hewan dan tanaman adalah daerah
pantai sebagai habitat mangrove. Di habitat ini bermukim pula hewan dan tanaman
lain. Tidak semua habitat sama kondisinya, tergantung pada keaneka ragaman
species dan daya dukung lingkungan hidupnya.
Telah
banyak diketahui bahwa pulau, sebagai salah satu habitat komunitas mangrove,
bersifat dinamis, artinya dapat berkembang meluas ataupun berubah mengecil
bersamaan dengan berjalannya waktu. Bentuk dan luas pulau dapat berubah karena
aktivitas proses vulkanik atau karena pergeseran lapisan dasar laut. Tetapi
sedikit orang yang mengetahui bahwa mangrove berperan besar dalam dinamika
perubahan pulau, bahkan cukup mengagetkan bila ada yang menyatakan bahwa
mangrove itu dapat membentuk suatu pulau. Dikatakan bahwa mangrove berperan
penting dalam ‘membentuk pulau’.
Beberapa berpendapat bahwa sebenarnya
mangrove hanya berperan dalam menangkap, menyimpan, mempertahankan dan
mengumpulkan benda dan partikel endapan dengan struktur akarnya yang lebat,
sehingga lebih suka menyebutkan peran mangrove sebagai “shoreline stabilizer”
daripada sebagai “island initiator” atau sebagai pembentuk pulau. Dalam
proses ini yang terjadi adalah tanah di sekitar pohon mangrove tersebut menjadi
lebih stabil dengan adanya mangrove tersebut. Peran mangrove sebagai barisan
penjaga adalah melindungi zona perbatasan darat laut di sepanjang garis pantai
dan menunjang kehidupan organisme lainnya di daerah yang dilindunginya
tersebut. Hampir semua pulau di daerah tropis memiliki pohon mangrove.
Bila
buah mangrove jatuh dari pohonnya kemudian terbawa air sampai menemukan tanah
di lokasi lain tempat menetap buah tersebut akan tumbuh menjadi pohon baru. Di
tempat ini, pohon mangrove akan tumbuh dan mengembangkan sistem perakarannya
yang rapat dan kompleks. Di tempat tersebut bahan organik dan partikel endapan
yang terbawa air akan terperangkap menyangkut pada akar mangrove. Proses ini
akan berlangsung dari waktu ke waktu dan terjadi proses penstabilan tanah dan
lumpur atau barisan pasir (sand bar). Melalui perjalanan waktu, semakin
lama akan semakin bertambah jumlah pohon mangrove yang datang dan tumbuh di
lokasi tanah ini, menguasai dan mempertahankan daerah habitat baru ini dari
hempasan ombak laut yang akan meyapu lumpur dan pasir. Bila proses ini berjalan
terus, hasil akhirnya adalah terbentuknya suatu pulau kecil yang mungkin akan
terus berkembang dengan pertumbuhan berbagai jenis mangrove serta organisme
lain dalam suatu ekosistem mangrove.
Dalam
proses demikian inilah mangrove dikatakan sebagai bisa membentuk pulau. Sebagai
barisan pertahanan pantai, mangrove menjadi bagian terbesar perisai terhadap
hantaman gelombang laut di zona terluar daratan pulau. Hutan mangrove juga
melindungi bagian dalam pulau secara efektif dari pengaruh gelombang dan
badai yang terjadi. Mangrove merupakan pelindung dan sekaligus sumber nutrien bagi
organisme yang hidup di tengahnya. Daun mangrove yang jatuh akan terurai oleh
bakteri tanah menghasilkan makanan bagi plankton dan merupakan nutrien bagi
pertumbuhan algae laut. Plankton dan algae yang berkembang akan menjadi makanan
bagi berbagai jenis organisme darat dan air di habitat yang bersangkutan. Demikian
suatu ekosistem mangrove yang dapat terbentuk dan berkembang dari pertumbuhan
biji mangrove sebagai sistem perakarannya yang kompleks, tangguh terhadap
gelombang dan angin serta mencegah erosi pantai. Pada saat cuaca tenang akar
mangrove mengumpulkan bahan yang terbawa air dan partikel endapan, memperlambat
aliran arus air. Apabila mangrove ditebang atau diambil dari habitatnya di
pantai maka akan dapat mengakibatkan hilangnya perlindungan terhadap erosi
pantai oleh gelombang laut, dan menebarkan partikel endapan sehingga air laut
menjadi keruh yang kemudian menyebabkan kematian pada ikan dan hewan sekitarnya
karena kekurangan oksigen. Proses ini menyebabkan pula melambatnya pertumbuhan
padang lamun (seagrass).
Ekosistem hutan mangrove memberikan banyak manfaat
baik secara tidak langsung (non economic value) maupun secara langsung
kepada kehidupan manusia (economic vallues). Beberapa manfaat mangrove
antara lain adalah:
·
Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai.
Salah satu
peran dan sekaligus manfaat ekosistem mangrove, adalah adanya sistem perakaran
mangrove yang kompleks dan rapat, lebat dapat memerangkap sisa-sia bahan
organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses ini
menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara
kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Karena proses ini
maka mangrove seringkali dikatakan pembentuk daratan karena endapan dan tanah
yang ditahannya menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu.
Pertumbuhan
mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan
terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan. Akar pohon mangrove juga
menjaga pinggiran pantai dari bahaya erosi. Buah vivipar yang dapat berkelana
terbawa air hingga menetap di dasar yang dangkal dapat berkembang dan menjadi
kumpulan mangrove di habitat yang baru. Dalam kurun waktu yang panjang habitat
baru ini dapat meluas menjadi pulau sendiri.
·
Menjernihkan air.
Akar
pernafasan (akar pasak) dari api-api dan tancang bukan hanya berfungsi untuk
pernafasan tanaman saja, tetapi berperan juga dalam menangkap endapan dan bisa
membersihkan kandungan zat-zat kimia dari air yang datang dari daratan dan
mengalir ke laut. Air sungai yang mengalir dari daratan seringkali membawa
zat-zat kimia atau polutan. Bila air sungai melewati akar-akar pasak pohon
api-api, zat-zat kimia tersebut dapat dilepaskan dan air yang terus mengalir ke
laut menjadi bersih. Banyak penduduk melihat daerah ini sebagai lahan marginal
yang tidak berguna sehingga menimbunnya dengan tanah agar lebih produktif. Hal
ini sangat merugikan karena dapat menutup akar pernafasan dan menyebabkan pohon
mati.
·
Mengawali rantai makanan.
Daun
mangrove yang jatuh dan masuk ke dalam air. Setelah mencapai dasar teruraikan
oleh mikro organisme (bakteri dan jamur). Hasil penguraian ini merupakan
makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa
hewan yang lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di
habitat mangrove.
·
Melindungi dan memberi nutrisi.
Akar tongkat
pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nursery bagi hewan ikan
dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di
laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari
predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini. Berbagai jenis
hewan darat berlindung atau singgah bertengger dan mencari makan di habitat
mangrove.
·
Manfaat bagi manusia.
Masyarakat
daerah pantai umumnya mengetahui bahwa hutan mangrove sangat berguna dan dapat
dimanfaatkan dalam berbagai cara untuk memenuhi kebutuhan hidup. Pohon mangrove
adalah pohon berkayu yang kuat dan berdaun lebat. Mulai dari bagian akar, kulit
kayu, batang pohon, daun dan bunganya semua dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Beberapa kegunaan pohon mangrove yang langsung dapat
dirasakan dalam kehidupan sehari-hari antara lain adalah :
·
Tempat tambat kapal.
Daerah teluk
yang terlidung seringkali dijadikan tempat berlabuh dan bertambatnya perahu.
Dalam keadaan cuaca buruk pohon mangrove dapat dijadikan perlindungan dengan
bagi perahu dan kapal dengan mengikatkannya pada batang pohon mangrove. Perlu
diperhatikan agar cara tambat semacam ini tidak dijadikan kebiasaan karena
dapat merusak batang pohon mangrove yang bersangkutan.
·
Obat-obatan.
Kulit batang
pohonnya dapat dipakai untuk bahan pengawet dan obat-obatan. Macam-macam
obat dapat dihasilkan dari tanaman mangrove. Campuran kulit batang beberapa
species mangrove tertentu dapat dijadikan obat penyakit gatal atau peradangan
pada kulit. Secara tradisional tanaman mangrove dipakai sebagai obat penawar
gigitan ular, rematik, gangguan alat pencernaan dan lain-lain.
Getah
sejenis pohon yang berasosiasi dengan mangrove (blind-your-eye mangrove)
atau Excoecaria agallocha dapat menyebabkan kebutaan sementara bila kena
mata, akan tetapi cairan getah ini mengandung cairan kimia yang dapat berguna
untuk mengobati sakit akibat sengatan hewan laut. Air buah dan kulit akar
mangrove muda dapat dipakai mengusir nyamuk. Air buah tancang dapat dipakai sebagai
pembersih mata. Kulit pohon tancang digunakan secara tradisional sebagai obat
sakit perut dan menurunkan panas.
Di Kamboja
bahan ini dipakai sebagai penawar racun ikan, buah tancang dapat membersihkan
mata, obat sakit kulit dan di India dipakai untuk menghentikan pendarahan. Daun
mangrove bila di masukkan dalam air bisa dipakai dalam penangkapan ikan sebagai
bahan pembius yang memabukkan ikan (stupefied).
·
Pengawet.
Buah pohon
tancang dapat dijadikan bahan pewarna dan pengawet kain dan jaring dengan
merendam dalam air rebusan buah tancang tersebut. Selain mengawetkan hasilnya
juga pewarnaan menjadi coklat-merah sampai coklat tua, tergantung pekat dan
lamanya merendam bahan. Pewarnaan ini banyak dipakai untuk produksi batik,
untuk memperoleh pewarnaan jingga-coklat. Air rebusan kulit pohon tingi dipakai
untuk mengawetkan bahan jaring payang oleh nelayan di daerah Labuhan, Banten.
·
Pakan dan makanan.
Daunnya
banyak mengandung protein. Daun muda pohon api-api dapat dimakan sebagai sayur
atau lalapan. Daun-daun ini dapat dijadikan tambahan untuk pakan ternak. Bunga
mangrove jenis api-api mengandung banyak nectar atau cairan yang oleh tawon
dapat dikonversi menjadi madu yang berkualitas tinggi. Buahnya pahit tetapi
bila memasaknya hatihati dapat pula dimakan.
·
Mangrove sebagai bahan bangunan.
Batang pohon
mangrove banyak dijadikan bahan bakar baik sebagai kayu bakar atau
dibuat dalam bentuk arang untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil.
Batang pohonnya berguna sebagai bahan bangunan. Bila pohon mangrove
mencapai umur dan ukuran batang yang cukup tinggi, dapat dijadikan tiang utama
atau lunas kapal layar dan dapat digunakan untuk balok konstruksi rumah
tinggal.
Batang
kayunya yang kuat dan tahan air dipakai untuk bahan bangunan dan cerocok
penguat tanah. Batang jenis tancang yang besar dan keras dapat dijadikan pilar,
pile, tiang telepon atau bantalan jalan kereta api. Bagi nelayan kayu mangrove
bisa juga untuk joran pancing. Kulit pohonnya dapat dibuat tali atau bahan
jaring.
Beberapa manfaat dan fungsi hutan mangrove dapat
dikelompokan sebagai berikut:
A. Manfaat Fisik :
1. Menjaga agar
garis pantai tetap stabil
2. Melindungi
pantai dan sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3. Menahan
badai/angin kencang dari laut
4. Menahan
hasil proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5. Menjadi
wilayah penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang
tawar
6. Mengolah
limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B. Manfaat Fungsi Biologis :
1. Menghasilkan
bahan pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga
penting pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2. Tempat
memijah dan berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3. Tempat
berlindung, bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
4. Sumber
plasma nutfah & sumber genetik.
5. Merupakan
habitat alami bagi berbagai jenis biota.
C. Manfaat Fungsi Ekonomis :
1. Penghasil
kayu sebagai bakar, arang dan bahan bangunan.
2. Penghasil
bahan baku industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan,
kosmetik, dan lain-lain
3. Penghasil
bibit ikan, nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
- Tempat wisata, penelitian & pendidikan.
Sedangkan manfaat
dan fungsi lain yang dapat dirangkum sebagai berikut :
1. Habitat
satwa langka
Hutan
mangrove sering menjadi habitat
jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup disini, dan
daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan mangrove merupakan tempat
mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka
Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus)
2. Pelindung
terhadap bencana alam
Vegetasi
hutan mangrove dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami
dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses
filtrasi.
3. Pengendapan
lumpur
Sifat fisik
tanaman pada hutan mangrove membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan
lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena
bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan
mangrove, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
4. Penambah
unsur hara
Sifat fisik
hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan.
Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari
berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
5. Penambat
racun
Banyak racun
yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan lumpur
atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies
tertentu dalam hutan mangrove bahkan membantu proses penambatan racun secara
aktif.
Hasil alam
in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat
dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ
meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke
tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi
sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti
menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
7. Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
8. Sumber
plasma nutfah
Plasma
nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan
jenis-jenis satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu
sendiri.
9. Rekreasi dan
pariwisata
Hutan bakau
memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang
ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata
alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke (DKI), Suwung,
Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan Cilacap (Jawa Tengah). Hutan
mangrove memberikan obyek wisata yang berbeda dengan obyek wisata alam lainnya.
Karakteristik hutannya yang berada di peralihan antara darat dan laut memiliki
keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh pelajaran tentang
lingkungan langsung dari alam.
Pantai
Padang, Sumatera Barat yang memiliki areal mangrove seluas 43,80 ha dalam
kawasan hutan, memiliki peluang untuk dijadikan areal wisata mangrove. Kegiatan
wisata ini di samping memberikan pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan
tiket masuk dan parkir, juga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat di
sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti
membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
10. Sarana
pendidikan dan penelitian
Hutan
mangrove dimanfaatkan dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan
pendidikan.
11. Memelihara
proses-proses dan sistem alami
Hutan
mangrove sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses
ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
12. Penyerapan
karbon
Proses
fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik
dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk
dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan
bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak membusuk.
Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
13. Memelihara
iklim mikro
Evapotranspirasi
hutan mangrove mampu menjaga kelembaban dan curah hujan kawasan tersebut,
sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
14. Mencegah
berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan
hutan mangrove dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi
berkembangnya kondisi alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar