Kamis, 26 November 2015

POTENSI HASIL HUTAN BUKAN KAYU (HHBK) Maluku Utara

BAB I   PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Secara geografis, Provinsi Maluku Utara berada pada 3° Lintang Utara hingga 3° Lintang Selatan dan 124° hingga 129° Bujur Timur. Sebelah utara berbatasan dengan Laut Pasifik, Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Seram, Sebelah timur berbatasan dengan Laut Halmahera dan Sebelah timur berbatasan dengan Laut Maluku. Kondisi geografis Provinsi Maluku bila dilihat dari sisi strategis peluang investasi bisnis dapat diprediksi bahwa sumber daya alam di sektor perikanan dan kelautan dapat dijadikan primadona bisnis di Maluku, selain sektor lainnya seperti pertanian sub sektor peternakan dan perkebunan, sektor perdagangan dan sektor pariwisata serta sektor jasa yang seluruhnya memiliki nilai jual dan potensi bisnis yang cukup tinggi. Iklim di Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan, yang dipengaruhi oleh iklim laut tropis dan iklim musim. Hal ini disebabkan oleh wilayah yang berupa pulau-pulau yang dikelilingi oleh lautan yang luas. Iklim di Provinsi Maluku Utara sangat dipengaruhi oleh eksistensi perairan laut yang luas dan bervariasi antara tiap bagian wilayah, yaitu iklim pada bagian Halmahera Utara, Halmahera Tengah dan Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan Sula. Selama Tahun 2011 terjadi hujan sepanjang tahun dengan intensitas beragam, curah hujan tertinggi dan hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Nopember, serta penyinaran matahari terbesar sekitar 60% terjadi pada bulan Mei dan Oktober.
Stasiun Meteorologi dan Geofisika Ternate mencatat suhu udara tertinggi sekitar 31,5° C pada bulan Oktober dan terendah sekitar 23,3° C pada bulan Agustus, sedangkan kelembaban udara rata-rata sebesar 84% dengan Kondisi topografi Maluku Utara beraneka ragam yaitu mulai dari datar, landai, curam dan sangan curam dengan bentuk wilayah mulai bentuk pantai, teras berbukit dan pegunungan. Topografi yang dominan adalah kelas lereng curam dengan luas ±1.707.983,23 Ha atau sebesar 52,39% dari luas keseluruhan.
Secara rinci kondisi kelas lereng dan bentuk topografi di Provinsi Maluku Utara dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Kelas lereng dan bentuk topografi di wilayah Maluku Utara

Kelas Lereng
Luas (Ha)
Persentase
(%)
Bentuk

1
2
3
4
 Datar (0-8%)
482.983,6
14,81
 Pantai
 Landai (8-15 %)
279.595,1
8,58
 Teras
 Agak Curam 15-25%)
128.380,1
3,94
 Perbukitan
 Curam (25-45)
1.707.983,2
52,39
 Perbukitan
 Sangat Curam (>45 %)
661.400,0
20,29
 Pegunungan

B.  Maksud dan Tujuan
Penyusunan Makalah ini adalah untuk memberikan arah, kebijakan serta gambaran pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) kepada pelaku usaha, para pihak dan masyarakat yang akan mengembangkan usaha HHBK. Sedangkan tujuannya adalah :
1.  Menggali potensi daerah dalam pengembangan HHBK sebagai alternatif sumber pangan, sumber bahan obat-obatan, penghasil serat, penghasil getah-getahan dan lainnya yang dapat meningkatkan kesejahteraan  masyarakat.
2. Mendukung kebijakan nasional dalam mengembangkan dan meningkatkan  produksi HHBK.
3.  Adanya acuan mulai dari perencanaan sampai pasca panen bagi pelaku usaha, para pihak dan masyarakat luas dalam pengembangan HHBK;

C.  Manfaat
Manfaat yang di peroleh dari HHBK salah satunya adalah untuk menambah devisa negara dan mendukung penyediaan bahan baku dalam pengelolaannya untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat.


 
BAB  II  PENGERTIAN HHBK

Hasil Hutan Bukan Kayu adalah segala bentuk produk dari ekstraksi dan pemanfaatan sumber daya hutan baik tumbuhan, hewan dan jasa hutan selain kayu, dari pembagian golongan menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.35/Menhut-II/2007, jenis komoditi HHBK digolongkan ke dalam dua kelompok besar  yaitu   :
A.    Kelompok Hasil Hutan dan Tanaman meliputi  :
1.    Kelompok Resin Jenis Komoditi terdiri :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Agathi
Agathis spp.
Kopal loba, Kopal manila.
2.
Damar
Shorea spp
Damar batu
3.
Gaharu
Aquilaria spp;
Resin gaharu;
4.
Kemenyan
Styrax benzoin
Resin kemenyan
5.
Rotan jernang
Daemonorops draco
Resin jernang

2.   Kelompok minyak atsiri Jenis Komoditi terdiri :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Ekaliptus
Eucalyptus sp.
Minyak ekaliptus
2.
Gaharu
Aquilaria spp;
Minyak gaharu
3.
Kayu manis
Cinnamomum zeylanicum
Minyak kayu manis
4.
Kenanga
Cananga odoratum
Minyak kenanga

3.     Kelompok minyak lemak Jenis Komoditi terdiri :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Kemiri
Aleurites mollucana
Minyak kemiri
2.
Kenari
Canarium odoratum
Minyak kenari
3.
Ketapang
Terminalia catappa
Minyak ketapang
4.
Nyatoh
Palaquium javense
Minyak nyatoh

4.    Kelompok Pati (karbohidrat) Jenis Komoditi  terdiri  :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Aren
Arenga pinnata
Tepung aren, gula aren
2.
Bambu
Dendrocalamus asper
Rebung
3.
Nipah
Nipa fructicans
Tepung /gula nipah,
4.
Sagu
Metroxylon spp.
Tepung sagu

5.    Kelompok buah-buahan Jenis Komoditi terdiri :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Aren
Arenga pinnata
Kolang-kaling
2.
Asam jawa
Tamarindus indica
Buah asam jawa
3.
Duku
Lansium domesticum
Buah duku
4.
Durian
Durio zibethinus
Buah duren
5.
Kenari
Canarium commune
Buah kenari
6
Mangga hutan
Mangifera indica
Buah mangga hutan
7.
Manggis
Garcinia mangostana
Buah manggis
8.
Matoa
Pometia pinnata
Buah matoa
9.
Melinjo
Gnetum gnemon
Buah melinjo
10.
Mengkudu
Morinda citrifolia
Buah mengkudu
11.
Nangka
Arthocarpus integra
Buah nangka
12.
Pala
Myristica spp
Buah pala
13.
Rambutan
Nephelium lapaceum
Buah rambutan
14.
Saga pohon
Adenanthera pavonina
Buah saga pohon
15.
Sirsak
Annona muricata
Buah sirsak
16.
Sukun
Artocarpus communis
Buah sukun

6.    Kelompok tannin, bahan pewarna dan getah Jenis Komoditi terdiri :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Akasia
Acacia mangium
Tannin akasia, kuren
2.
Gambir
Uncaria gambir
Tannin gambir
3.
Nyiri
Xylocarpus granatum
Tannin nyiri
4.
Ketapang
Terminalia cattapa
Tannin ketapang
5.
Pinang
Arreca catechu
Tannin pinang
6.
Rizopora
Rhizopora sp.
Tannin rizopora
7.
Angsana
Pterocarpus indicus
Pewarna angsana
8.
Apokat
Persea gratisima
Pewarna hijau coklat
9.
Jati
Tectona grandis
Pewarna merah
10.
Kayu kuning
Cudrania javanensis spp
Pewarna kuning
11.
Mahoni
Swietenia mahagoni
Pewarna coklat
12.
Mengkudu
Morinda citrifolia
Pewarna coklat
13.
Nila
Indigofera tinctoria
Pewarna biru
14.
Pinang
Areca catechu
Pewarna kuning emas
15.
Pulai
Alstonia spp.
Getah pulai

7.    Kelompok tumbuhan obat Jenis Komoditi terdiri :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Akar gambir
Combretum sundaicum
Ekstrak daun, batang
2.
Akar kuning
Arcangelisia flava
Akar kering olahan
3.
Akar teki
Cyp.spec C. tuberosus
Umbi kering olahan
4.
Angsana
Pterocarpus indicus
Daun kering olahan
5.
Bengkudu
Bancudus latifolia
Ekstrak daun, buah
6.
Bintangur
Calophyllum soulatri
Daun kering olahan
7.
Binuang bini
Octomeles sumatrana
Pepagan pohon, daun kering olahan
8.
Cempaka kuning
Michelia champaca
Pepagan batang, daun, bunga kering olahan
9.
Cempaka putih
Michelia alba
Pepagan kayu, daun, bunga kering olahan
10.
Duku
Lansium domesticum
Ekstrak Pepagan
11.
Gaharu
Aquilaria mallacensis
Ekstrak pepagan, kayu, akar
12.
Jarak pagar
Jatropha curcas
Ekstrak pepagan
13.
Kayu manis
Cinnamomum burmanii
Ekstrak pepagan
14.
Kelor
Moringa olefera
Ekstrak pepagan akar, daun, bunga
15.
Kemenyan
Styrax benzoin
Ekstrak pepagan batang
16.
Kemiri
Aleurites moluccana
Ekstrak pepagan
17.
Matoa
Pometia pinnata
Ekstrak pepagan batang
18.
Pulai
Alstonia scholaris
Ekstrak pepagan batang, akar, daun, getah
19.
Sukun
Artocarpus communis
Ekstrak kulit
20.
Tanjung
Mimusops elengi
Ekstrak pepagan, daun
21.
Tebu hitam
Koordersiodendron pinnatum
Ekstrak pepagan
22.
Waru
Hibiscus tiliaceus
Ekstrak daun, akar, bunga

8.    Kelompok tanaman hias Jenis Komoditi  terdiri  :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Anggrek hutan
Bubophyllum spp;
Tanaman dan bunga
2.
Beringin
Ficus spp.
Tanaman
3.
Cemara gunung
Casuarian junghuhniana
Tanaman
4.
Cemara Irian
Cupressus sp.
Tanaman
5.
Cemara laut
Casuarina equisetifolia
Tanaman
6.
Pakis
Cyathea contaminant
Tanaman
7
Pakis haji
Cycas revolute
Tanaman
8.
Palem raja
Caryota sp.
Tanaman
9.
Pinang merah
Cystostachys lakka
Tanaman
10.
Talas-talasan
Alocasia spp.
Tanaman

9.    Kelompok palma dan bambu Jenis Komoditi  terdiri :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Rotan
Calamus sp, Daemonorops sp, Korthalsia sp
Rotan polish dan belah
2.
Bambu
Bambusa sp, Giganthocloa sp,  Dendrocalamus sp
Bambu belah kering olahan
3.
Lontar
Borassus flabellifer
Bahan anyaman, nira lontar
4.
Nibung
Oncosperma filamentosa
Batang

B.    Kelompok Hasil Hewan meliputi  :
1.    Kelompok Hewan buru terdiri dari Kelas mamalia Jenis Komoditi :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Babi hutan (celeng)
Sus scrofa
Daging
2.
Bajing kelapa
Callosciurus notutus
Tangkapan hidup
3.
Biawak
Varanus spp.
Tangkapan hidup
4.
Kalong hitam
Pteropus electo
Daging
5.
Kelinci
Nesolagus netscheri
Tangkapan hidup
6.
Lutung
Presbitys sp.
Tangkapan hidup
7.
Monyet ekor panjang
Macaca fascicularis
Tangkapan hidup
8.
Rusa
Cervus
Tangkapan hidup
9.
Tikus kelapa
Petaurus breviceps
Tangkapan hidup

2.    Kelompok Hewan buru terdiri dari Kelas Reptil Jenis Komoditi :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Buaya air tawar
Crocodylus novaeguineae
Tangkapan hidup, kulit
2.
Buaya air muara
Crocodylus porosus
Tangkapan hidup, kulit
3.
Cicak
Hemiphylodactylus spp;
Tangkapan hidup
4.
Kadal
Cryptolepharus sp
Tangkapan hidup
5.
Tokek
Cyrtodactylus sp
Tangkapan hidup
6.
Ular
Xenochrophis spp;
Tangkapan hidup

3.     Kelompok Hewan buru terdiri dari Kelas Amfibi Jenis Komoditi :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Katak,berbagai jenis
Leptobrachium spp
Tangkapan hidup
2.
Kodok, berbagai jenis
Leptophryne spp.
Tangkapan hidup

4.    Kelompok Hewan buru terdiri dari Kelas Aves Jenis Komoditi :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Beo
Gracula spp.
Tangkapan hidup
2.
Betet
Psitacula spp;
Tangkapan hidup
3.
Kakatua
Cacatua spp.
Tangkapan hidup
4.
Kasturi merah
Eos bornea
Tangkapan hidup
5.
Kasuari
Casuarius spp.
Tangkapan hidup
6.
Nuri
Alisterus sp,
Tangkapan hidup

5.             Kelompok Hewan hasil penangkaran Jenis Komoditi  :
No.
Nama Indonesia
Nama Latin
Produk
1
2
3
4
1.
Buaya
Crocodylus sp.
Kulit
2.
Kupu-kupu
Ornithoptera spp;
Hidup, Offset
3.
Rusa
Rusa spp.
Daging, kulit
4.
Burung walet
Collocalia fuciphaga
Sarang burung wallet
5.
Lebah
Apis spp.
Lilin lebah
6.
Ulat sutera
Bombyx mori L
Ulat sutra, kokon

Berbeda dengan hasil hutan kayu, Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) memiliki karakteristik sebagai berikut  :
1.    Kontinuitas produk HHBK tergantung dari kelestarian hutan;
2.   Ragam komoditi lebih tinggi di hutan alam dibanding hutan tanaman;
3.  Satu jenis HHBK dapat menghasilkan beberapa produk, misalnya: tusam, gondorukem dan minyak terpentin;
4.  Teknik pemanenan bervariasi mulai pemungutan langsung, seperti jamur, sampai penebangan seperti cendana;
5.  Pemanenan relatif tidak merusak lingkungan, Produk langsung dikonsumsi (buah-buahan) sampai proses manufaktur yang rumit, seperti parfum;
6.   Pengusahaan HHBK mulai usaha rumah tangga sampai perusahaan, seperti Perhutani dengan          Investasi usaha lebih kecil dari pada bisnis kayu.
7.   Sistem pasar tertutup dikuasai oleh pedagang besar.
Potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK)  untuk pengembangannya perlu :
1.  Meningkatkan  teknologi  pengolahan melalui pengembangan  pola  kerja sama melalui kemitraan,  subsidi dan  swadaya.
2.  Pengembangan teknik budidaya  yang  lebih  modern dengan Meningkatkan pemasaran.
3.  Menetapkan  wilayah  pengembangan  HHBK dalam  bentuk  sentra industri dengan mengutamakan pelibatan petani  dan  masyarakat  setempat dalam pengelolaannya.


 
BAB  III  PEMBAHASAN

A.   Permasalahan Pengelolaan HHBK
Indonesia sebagai mega biodiversity country, memiliki kekayaan aneka ragam hayati  dengan jenis tumbuhan yang tersebar di hutan tropis di tiap pulau. Dari jenis tersebut yang tersebar di hutan tropis, 20% diantaranya memberikan hasil hutan berupa kayu dan bagian terbesar yakni 80% justru memiliki potensi memberikan hasil hutan bukan kayu, namun hingga saat ini potensi HHBK tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga perlu arah kebijkan dan strategi pengembangannya.
HHBK yang sudah biasa dikomersilkan diantaranya : Gaharu, Sagu, Rotan, Aren, Sukun, Bambu, Madu, Kemenyan, Kayu Putih, Kayu Manis, Pinang,  Aneka  Tanaman Hias dan   Tanaman Obat. Sedangkan berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari HHBK antara lain : Sandang, Papan, Pewangi, Pewarna, Pemanis, Pengawet, Bumbu Dapur, Perekat, Kerajinan, Bahan Obat-obatan, dan  Bahan Aneka Industri Lainnya.
Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan dengan potensi alam yang cukup mendukung terutama HHBK seperti Rotan, Damar, Bambu, Sagu, Aren, Madu serta tanaman hias dan tanaman obat-obatan. Namun sampai saat ini belum di kelola secara baik. Salah satu faktor penyebabnya adalah  :
1.    Harga pasar yang kurang memadai.
2.   Tahap pengambilannya menggunakan peralatan seadanya.
3. Masyarakat Maluku Utara pada umumnya masih mengandalkan hasil pertanian sebagai kebutuhan pokok.

B.    Peluang Pengelolaan HHBK
Potensi HHBK di Maluku Utara sangat melimpah, salah satu kendala yang di hadapai adalah kebijakan pemerintah pada pengembangan HHBK belum berpihak pada masyarakat di sekitar hutan, pemerintah daerah yang belum memandang produk HHBK sebagai produk yang dapat diandalkan dalam mendorong ekonomi daerahnya, perlindungan dari pemerintah daerah bagi keberlanjutan usaha pemanfaatan HHBK oleh masyarakat belum dirasakan. Keadaan ini diakibatkan masih rendahnya pemahaman pemerintah daerah terhadap potensi yang dimiliki oleh produk HHBK.
Jika dilihat dari perkembangan HHBK selama 10 tahun terakhir sejak tahun 2003 hingga saat ini, HHBK sebenarnya sangat berpotensi sebagai komoditas kehutanan, namun potensi dari HHBK tersebut belum banyak diketahui. Penggunaan HHBK sangat bermacam-macam mulai dari pemenuhan kebutuhan, sebagai barang-barang penghias bahkan sebagai obat-obatan.
Berikut HHBK beserta potensi yang dimilikinya adalah Rotan, Damar, Sagu, Aren dan Madu yang menjadi Potensi andalah Maluku Utara yang belum sepenuhnya dikembangkan sebagai produk andalan saat ini

C.    Strategi Pengelolaan HHBK Berbasis Komunitas
Pada era 1980-an, eksploitasi hutan untuk kayu mengalami masa keemasan. Ekspor kayu pun mengalami peningkatan yang sangat besar dan menjadi salah satu tulang punggung pendapatan negara. Larangan ekspor kayu bulat ditetapkan dan mendorong pertumbuhan industri berbasis kayu dengan sangat pesat di dalam negeri. Instalasi industri perkayuan yang sangat besar pada masa itu tidak mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan keberlanjutan usaha.
Sejak masa kejayaan ekploitasi hutan melalui sistem HPH, harga kayu hasil penebangan sangat menggiurkan masyarakat. Sebaliknya nilai tukar produk HHBK secara bertahap mengalami penurunan akibatnya banyak masyarakat yang secara tradisi menghentikan kegiatan HHBK dan beralih pada ekspoitasi kayu. Eksploitasi ini sekarang tidak hanya berlangsung pada kawasan produksi saja tapi juga telah merambah pada kawasan konservasi yang ada. Akibat dari semakin terbatasnya tegakan hutan yang belum diekstraksi, prilaku eksploitatif juga berdampak langsung pada produk HHBK dimana banyak produk-produk tersebut yang membutuhkan dukungan tegakan hutan yang baik untuk berkembang optimal. Jika kondisi kerusakan hutan semakin parah, bukanlah  sebuah keniscayaan beberapa produk HHBK ikut menjadi punah, prilaku yang eksploitatif tersebut masih berlaku hingga saat ini. Pemberlakuan kebijakan desentralisasi pemerintahan pada pemerintah daerah ternyata tidak membuat pengelolaan sumber daya alam menjadi lebih baik. Peluang untuk merumuskan kebijakan secara mandiri ini ditangkap sebagai peluang untuk kembali mengeksploitasi sumber daya hutan. Pengeluaran izin pengelolaan hutan skala kecil marak dilakukan hampir pada seluruh kabupaten yang masih memiliki sumber daya hutan. Episode penghancuran sumber daya hutan pun kembali bergulir dimana masyarakat di sekitar hutan tetap hanya sebagai penonton dan korban dari eksploitasi yang dilakukan.
Belakangan ini di Maluku Utara ada sebagian masyarakat di sekitar hutan telah tumbuh kesadaran untuk mengusahakan alternatif pendapatan selain kayu. Umumnya mereka mengembangkan komoditas yang merupakan hasil hutan bukan kayu, banyak dari mereka yang mencoba menggali kembali kearifan lokal yang diwarisi nenek moyangnya dalam mengupayakan hasil hutan bukan kayu. Kesadaran ini tubuh dari kenyataan penurunan kondisi lingkungan di sekitar mereka dan menipisnya ketersediaan kayu yang dapat dieksploitasi.


 
BAB  IV  PENUTUP

A.  Kesimpulan
Provinsi Maluku Utara merupakan provinsi kepulauan dengan potensi alam yang cukup mendukung terutama HHBK seperti rotan, damar, bambu, sagu, madu, aren, aneka tanaman hias dan tanaman obat-obatan yang hingga kini belum di kelola secara baik. Salah satu faktor penyebabnya adalah Harga pasar untuk HHBK terlalu rendah dan proses pengambilannya diangap berat oleh masyarakat. Salah satu kendala yang belum berpihak pada masyarakat adalah kebijakan pemerintah daerah terhadap potensi HHBK.
Pemerintah daerah belum mampu mengembangkan produk HHBK sebagai produk yang dapat diandalkan untuk mendorong ekonomi daerahnya. Perlindungan dari pemerintah daerah bagi keberlanjutan usaha pemanfaatan HHBK oleh masyarakat belum banyak dirasakan manfaatnya. Keadaan ini diakibatkan masih rendahnya pemahaman pemerintah daerah tentang potensi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK).

B.  SARAN
Melalui makalah ini penulis memberikan saran kepada pembaca untuk  :
1. Memahami potensi HHBK sebagai produk andalan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apa bila kita mampu mengolah dan memanfaatkan sumber daya tersebut secara lestari.
2. Penulisan makalah ini masih perlu dilakukan perbaikan sehingga hasilnya lebih sempurna, maka saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna penyempurnaan makalah ini.